Friday, September 14, 2012

Kisah Judul Lagu


Demi  waktu.

“ maafkan aku Si! Aku sudah menduakan cintamu. Berat rasanya hatiku buat ninggalin dia. Tapi, aku juga nggak bisa ninggalin kamu…”
Sisi terdiam. Airmatanya menetes perlahan.
“ kalau saja waktu itu aku nggak berjumpa dirinya…tapi aku nggak boleh kayak gini. Aku harus bisa ngambil sebuah keputusan supaya nggak nyakitin kita semua. Aku, kamu, dan dia…”
Desir angin menerpa keheningan antara mereka berdua.
“ sebaiknya…kita putus aja ya, Si”.
Sisi sudah tak sanggup lagi berkata-kata.
“ selamat tinggal Sisi…” ucapnya seraya mengecup kening Sisi lembut.
Sisi hanya menatap kosong kepergian Andre. Kepergian Andre dari sana dan dari hatinya.   
                                                *          *          *
Akhiri ini dengan indah.

“ halo,”
“ ya, halo…”
“ Ndre…aku nggak bisa…” isak Sisi diseberang sana.
“ kamu harus bisa, Si! Ketika selamanya pun harus berakhir, aku ingin mengakhiri semua ini dengan indah…kamu harus merelakan setiap kepingan waktu dan kenangan tentang kita berdua. Aku yakin kamu pasti akan menemukan orang yang jauh lebih baik dari aku…”.
klik. Telepon ditutup.
                                                *          *          *
Aku patut membenci dia.

Srek…srek…srek.
Sobekan kertas-kertas surat bertebaran di lantai kamar Sisi.
“ Mungkin aku memang patut membenci dia karena mencintaimu Ndre…jujur… aku nggak rela dia curi hatimu…”
Srek…srek…srek.
“ kenapa?!!! Aku yang lebih dulu jadi kekasihmu. Ndre… Dan dengan sunggguh mencintaimu! Aku nggak ingin dia menggantikan aku, karena aku tahu bahwa aku lebih baik dari dia…”
Suara tangis Sisi pecah, memenuhi seluruh penjuru kamarnya. Rasa sakit yang dia derita sungguh sangat perih. Andre, pria yang sudah dua tahun ini menjadi kekasihnya, pergi begitu saja dan mencampakkannya.
                                                *          *          *
Akhir  cerita  cinta.

Dear diary,
Sandiwarakah selama ini aku bersamanya? Setelah sekian lama kami tlah bersama.
Inikah akhir cerita cinta, yang selalu aku banggakan didepan teman-temanku?
Kini harus aku lewati sepi hariku tanpa dirimu lagi. Kamu benar. Aku harus berjuang untuk melupakanmu. Please Ndre… bantu aku untuk membencimu, karena aku terlalu mencintaimu…
                                                *          *          *
Bukan  diriku.

Hari ke-28 setelah kejadian itu.
Senja itu, cuaca mendung. Sisi terdiam didepan jendela kamarnya.  Menatap setiap kilatan petir yang menyambar langit Bandung.
“ hhh…walau aku masih mencintaimu, aku harus meninggalkanmu dan aku harus melupakanmu. Meski, hatiku menyayangimu dan nurani membutuhkanmu, aku tetap harus merelakanmu…thanks Ndre, buat segalanya…”
Sisi pun lalu memutuskan untuk menemui sang dewa impian yang akan  membawanya ke negeri awan.
                                                *          *          *
Ternyata.

Keesokkan paginya. Di sekolah.
“ selamat pagi Sisi…” sapa Gilang ramah, seperti biasanya.
“ Pagi juga Gilang…” sahut Sisi sambil tersenyum manis.
“ Si, kamu sudah nggak apa-apa kan?” tanyanya lagi.
“ he-eh,” Sisi menggerak-gerakkan kedua bola matanya jenaka sambil membetulkan letak kuncirannya.
“ kamu yakin?”
“ yup! Absolutely. Ternyata tanpa dia, langit masih biru kok!Ternyata tanpa dia, bunga-bunga juga nggak layu. Ternyata, dunia nggak berhenti berputar walau dia bukan milikku lagi! Betul nggak Gil?”
“ ini Sisi yang aku kenal…” seru Gilang seraya merangkul sahabatnya itu. “ kita ke kantin yuk!”
“ yuk!!!” sahut Sisi bersemangat.
Putus bukan berarti akhir dari segalanya. Putus merupakan awal dimana kita menjalani kisah cinta yang baru bersama orang lain yang jauh lebih baik dari kekasih kita sebelumnya. Jadi, jangan menyerah untuk mencoba menemukan cinta sejati. Semangat!
                                                *          *          *
Inginku bukan hanya jadi temanmu.

Keindahan malam menyelimuti kamar Gilang. Namun, itu semua tidak dapat mengobati kegundahan hatinya yang kian menjadi.
“ inginku bukan hanya jadi temanmu atau sekedar sahabatmu saja Si! Yang Cuma rajin dengar ceritamu! Aku ingin kamu mencintaiku. Sadarkah kamu, sering kamu kesalkan aku, bila kamu masih saja menyebut namanya…”
Buk! Meja belajar dihadapan Gilang bergetar. Kedua tangannya mengepal.
Biarkan aku untuk jadi kekasihmu, Si! Karena aku nggak percaya ungkapan cinta itu tak harus memiliki. Itu hanya sebuah ungkapan untuk mengobati orang-orang yang patah hati. Aku akan membuatmu menyukaiku Sisi. Bersiaplah menunggu kedatanganku dihatimu!” tekad Gilang sepenuh hati.
                                                *          *          *
 Dari hati.

Sisi asyik sekali bercerita dengan teman-temannya sampai dia tidak menyadari ada seseorang yang sedang menatapnya sambil tersenyum.
Andai kamu tahu Si…bila menjadi aku, sejuta rasa dihati. Lama  tlah  kupendam, tapi akan kucoba mengatakan…bahwa kuingin kamu menjadi milikku, entah bagaimana caranya. Lihatlah mataku untuk memintamu… Kuingin jalani bersamamu. Coba dengan sepenuh hati. Kuingin jujur apa adanya…dari hatiku Si…
“ hwoi!!! Ngelamun aja Gil…” seru Isan membuyarkan lamunan Gilang.
“ sialan! Kaget  tau!” Gilang mengusap-usap pundaknya yang baru saja  dipukul Isan.
“ habis… kamu ngelamun aja sih… eh, emang kamu ngelamunin apa sih?” Isan merapatkan tubuhnya sambil tersenyum jahil. “ ngelonjor  ya?”
“ hah? Apaan tuh?”
“ Ngelamun jorok! Hehehe…”
Pletuk!
“ adaw! Sakit  tau!” Isan mengusap kepalanya yang dijitak Gilang.
“ mangkanya jangan ngomong yang aneh-aneh… rasain tuh!” ucap Gilang sambil beranjak pergi meninggalkan kelas.
“ eh, Gil! Tungguin aku…”   
                                                *          *          *
Laguku.

Tililit…tililit…tililit.  Cetrek.
“ halo…”
“ halo, Sisi ya…”
“ eh, Gilang, ada apa?”
“ Si, kamu lagi sibuk nggak?”
“ nggak. Emang kenapa?”
“ hm… aku pengen kamu dengerin sesuatu…”
“ denger apa?”
“ bentar ya, aku ambil gitar dulu…”
Sisi menunggu selama lima belas detik.
“ kamu masih disitu Si?”
“ he-eh…”
“ bagus. Dengerin ya… Mungkinkah kau tahu, rasa cinta yang kini membara… yang masih tersimpan, dalam lubuk jiwa. Inginku nyatakan lewat kata yang mesra untukmu. Namun, ku tak kuasa untuk melakukannya… Mungkin hanya lewat lagu ini akan kunyatakan rasa, cintaku padamu, rinduku padamu, tak bertepi… Mungkin hanya sebuah lagu ini yang selalu akan kunyanyikan, sebagai tanda betapa aku inginkan kamu…”
Suara denting gitar berhenti.
“ gimana Si?”
“ itu lagunya Ungu ya?”
“ iya. Trus gimana?”
“ bagus,”  komentar Sisi singkat.
“ gitu aja?”  tanya Gilang kecewa.
“ hm…iya. Gilang kan dari dulu emang sudah jago maen gitarnya…”
“ oh, gitu ya. Ya sudah deh, Si, sorry dah ngeganggu…” ucap Gilang dengan nada kecewa. Dia hampir saja mau menutup teleponnya.
“ eh, eh, Gilang… jangan marah… Sisi kan Cuma bercanda…” seru Sisi  sambil tertawa renyah.
Gilang masih terdiam diseberang sana.
“ kita  ketemu di tempat biasa jam 4 sore ya! Bye Gilang…”
klik. Telepon pun ditutup. Tapi, Gilang masih terdiam meskipun nada tut-tut-tut sudah lama terdengar ditelinganya.
Beberapa detik kemudian, sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya.
                                                *          *          *
Tanpa lagu.

Singkat kata, Sisi dan Gilang sudah jadian. Tanggal 6 bulan 6 di tahun keenam 2000 masehi.
Kehidupan Sisi yang sempat kelabu karena dicampakkan oleh Andre,  segera berubah drastis. Gilang begitu menyayanginya sepenuh hati, begitu juga dengan Sisi. Meskipun mereka memiliki banyak perbedaan satu sama lain, tapi justru hal itulah yang membuat mereka saling melengkapi.
Pacaran bukanlah proses untuk  mencari kesamaan, melainkan proses dimana kita dan pasangan kita dituntut untuk dapat mengatasi segala perbedaan. Manusia tidak diciptakan sempurna. Untuk itulah kita dipaksa untuk dapat saling mengerti, saling memahami, dan saling menjaga perasaan satu sama lain.
                                                *          *          *
Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki.

selamat ulang tahun, kami ucapkan… selamat panjang umur kita kan  doakan… selamat sejahtera, sehat sentosa… selamat panjang umur dan bahagia… Happy Birthday Sisi!!!” sorak seluruh teman-teman Sisi.
Lalu Sisi pun meniup lilin ulang tahunnya yang berjumlah delapan belas batang. Kue tart dipotong. Potongan pertama diserahkan Sisi kepada kedua orang tuanya, potongan selanjutnya Sisi suapkan kepada sang kekasih tercinta, Gilang. Kontan saja semua orang diruangan itu menyoraki mereka.
Sisi pun sibuk memotong-motong kue serta membagikannya kepada seluruh orang yang hadir di pestanya.
Sementara itu, Gilang mengawasi Sisi dari tempat duduknya. Seulas senyuman tak henti menghiasi wajahnya yang berbinar bahagia.
Melihat tawamu… mendengar senandungmu… terlihat jelas dimataku,  warna-warna indahmu… menatap langkahmu… meratapi kisah hidupmu… terlihat jelas bahwa hatimu… Anugerah terindah yang pernah kumiliki…   
                                                *          *          *

No comments:

Post a Comment